Maaf, aku egois tentang ini. Ya, tentang aku dan kamu.
Maaf aku memilih untuk diam dan tidak berbicara apapun kepadamu. Ini terlalu rumit. Sampai aku tidak bisa menyampaikan, sampai aku tidak bisa membicarakannya.
Aku ingin bertanya dan menginginkan kamu untuk memilih. Tetapi, aku sendiri tidak tahu apa yang harus aku dari ambil keputusan ini. Aku terlalu lemah. Sangat lemah. Ya, memang lemah.
Apa benar? Ada persahabatan serumit ini? Atau ini hanya terjadi pada kita, apa ada orang lain juga yang merasakan? Aku sangat sedih, sangat amat sedih atas ini. Bagaimana bisa persahabatan bisa berubah menjadi Friends With Benefit. Apa itu! Apa kamu tahu ketika kamu menyebutnya bahwa persahabatan ini menjadi FWB, yang kurasakan hanya 1, Perih.
Aku tahu aku salah, ya karena aku juga menginginkannya. Tapi, apa kita akan terus berjalan ditengah kesalahan ini? Kita tahu, kita salah. Lalu, mengapa semua ini masih dilanjutkan? Awalnya, aku berfikir jika mengikuti arus hidup ini dengan mengatakan "Jalanin aja dulu lah, liat ntar gimana." Itu hanya seorang pengecut. Tidak berani bertanggung jawab atas keputusan yang sudah di ambil.
Kenapa aku memilih untuk diam untuk saat ini? Maaf, aku butuh ruang untuk bernafas. Ini terlalu menyesakkan di dalam hati. Apa kamu sadar? Kita sedang menunda waktu untuk berpisah. Jika berpisah sekarang atau nanti, akankah ujungnya akan sama-sama perih?
Kenapa aku bisa berfikir sejauh ini? Aku hanya peduli terhadap kita. Akan kemana kita berlari? Sebelum ini semua terjadi, kita baik-baik saja. Karena kesalahan yang kita buat bersama, bukankah semuanya harus diselesaikan? Aku ataupun kita tidak ingin menjadi seorang yang pengecut, terus mengikuti arus kehidupan yang jelas-jelas ini adalah salah. Ya, salah.
Kita tidak pernah bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Kecuali, dengan jalan lain. Apa kamu sudah menemukan jalan lain? Bisakah kamu menjawabnnya?
Jujur, aku tidak sanggup untuk membicarakan hal ini. Karena, aku sendiri tidak tahu apa jawabannya? Bayangkan, diriku sendiri tidak tahu apa jawabannya. Apalagi, dirimu. Kenapa? Ini menyakitkan.
Jika kita akhiri, aku sungguh tidak akan pernah sanggup untuk membayangkannya. Aku terlalu lemah, terlalu rapuh. Selama 5 tahun bersama. Apakah yang menghancurkan hanya kesalahan ini? Ini sungguh memuakkan.
Aku tahu, mungkin aku tidak begitu penting dihidupmu. Dibanding temanmu yang lain, ataupun "your crush" siapapun dia. Aku mencoba untuk tidak peduli atas itu, walaupun dari dulu sampai sekarang tidak ada yang berubah, aku tetap tidak menyukai hal itu.
Sempat berfikir, mungkin jika aku pergipun, kamu akan baik-baik saja. Walaupun, aku yang sejujurnya tidak sanggup, tapi sejujurnya. Jika itu maumu, aku kan mencoba baik-baik saja dan menerimanya.
Semua permasalahaan ini dan kesalahan ini adalah kita yang membuat. Maka, kita yang harus mengambil keputusan dan menyelesaikan semuanya. Walaupun berat, rumit. Semua harus jelas. Ini untuk kita, yang terbaik.
Katakanlah, jika kamu hanya menginkan aku untuk menjadi Teman. Katakanlah, jika kamu hanya mengingkanku untuk menjadi Sahabat. Katakanlah, jika kamu hanya menginginkan ku menjadi FWB. Katakanlah, jika kamu hanya menginkanku untuk menjadi Musuh. Semua tentang komunikasi, katakanlah, walaupun menyakitkan. Aku berhak tahu atas itu, aku berhak memposisikan diriku seperti apa dimatamu. Mulai detik ini.
Maafkan aku yang telah merusak semua keadaan ini, maaafkan kesalahanku. Aku tidak menyangka, kenapa sekarang rumit ini? Ku fikir, aku bisa terus berjalan disini. Ternyata, aku harus mengambil langkah lain. Ya, lebih tepatnya langkah kita.
Aku ingin bercerita tentang hal ini kepada orang lain, sejujurnya aku berat untuk mengambil keputusan ini. Tapi, tidak bisa. Karena, satu orangpun ku yakin tidak akan ada yang bisa memahami tentang semua ini. Aku memutuskan untuk diam, menangis, dan berfikir. Tanpa sepengetahuanmu, kurasa itu lebih baik. Walaupun aku tahu aku salah, dan itu membuatmu dengki hati. Maaf!
Maaf seribu maaf..
"Lu baper sama gue, lagi?." Sebelum kamu bertanya hal itu, bolehkah aku bertanya juga kepadamu. Akan ku balikan pertanyaan itu kepadamu. Silahkan jawab. Apapun jawabannya, kita punya jawaban masing-masing atas hati ini. Stop, untuk berbohong, berdusta, ataupun menyembunyikkan segalanya, karena hati itu tidak pernah bisa dibohongi.
Jujur, ketika kamu bertanya itu. Aku tidak tahu apa jawabannya, aku tidak bisa menjawab "Ya" Ataupun "Tidak". Aku tidak paham apa yang aku rasakan, soal cemburu terhadap perempuan lain, aku sudah biasa untuk mengatasi rasa sakitnya. Jadi, aku tidak tahu apa yang akan aku jawab. Aku selalu meyakinkan hatiku, untuk memutuskanYa ataupun Tidak. Tetapi tidak bisa. Ketika memikirkan tentang itu, rasanya ingin menangis. Bagaimana bisa? Aku tidak mengerti tentang hatiku sendiri.
Tetapi apapun yang aku rasakan, aku tidak pernah mempermasalahkan. Aku selalu menikmati. Apapun yang terjadi. Suka atau tidak, sayang atau tidak, cinta atau tidak. Itu bukan permasalahannya.
Tapi tentang kita itu apa? Kita siapa? Kita kenapa? Kenapa kita seperti ini? Akan kemana kita melangkah kedepan?
Jangan biarkan diri kita menjadi pengecut. Kita berhak untuk menyelesaikan apa yang sudah kita pilih.
Aku selalu menangis jika mengingat tentang ini, padahal yang ingin kulupakan adalah masalah ini. Aku baru sadar permasalahan itu bukan untuk dilupakan, tapi untuk diselesaikan. Permasalahan itu bukan untuk dijalani, tetapi untuk dicari solusinya. Bagaimana bisa aku melupakannya? Iya aku bisa, bisa gila untuk melupakan semuanya.
Pernah berfikir :
"Kalau kita berhenti bersahabat, akankah ini ujungnya?"
"Lalu jika berenti menjadi FWB, akankah kamu bisa menjamin semuanya kembali seperti dulu?"
"Akan kah terus bersahabat dan didalamnya ada rasa FWB. Ujungnya akan seperti apa?"
Jika terus berjalan di kesalahan ini, akan ada banyak hati yang terluka. Entah orang yang mencintaimu, ketika tahu sahabatnya sedekat itu. Termasuk aku. Atau mungkin kamu. Apakah kamu mau hal itu terjadi?
Kita masih muda memang, kita bisa seperti ini. Terus seperti ini, ketika kita datang diumur yang lebih dewasa. Akankah lebih rumit? Bersahabat lawan jenisnya sudah rumit, bayangkan jika dicampuri dengan FWB? Akankah lebih rumit?
Rasanya aku ingin terus remaja, agar aku bisa terus seperti ini denganmu. Tapi sayang, tumbuh menjadi dewasa itu sebuah keharusan. Mau tidak mau, kita akan sampai pada masa tumbuh dewasa.
Tapi, sampai detik ini. Jujur, dari banyak ribuan laki-laki. Dan banyak tolakan yang terjadi, itu semua kulakukan hanya untukmu. Ya, karena aku ingin terus berteman denganmu, sebagai apapun kita. Aku ingin kita bersama, tanpa melukai siapapun. Maka dari itu, semua laki-laki sama dimataku. Kecuali, dirimu.
Walaupun aku tidak bisa egois, karena kamu punya hak untuk mencari banyak wanita. Aku tidak mempermasalahkan atas itu. Karena aku sendiri, merasakannya. Mencari banyak laki-laki. Lain, denganku yang mencari laki-laki tapi tidak ada yang ku masukan dalam hati. Tapi, entah denganmu yang mencari wanita lain masuk kedalam hatimu atau tidak.
Bahkan jika aku menyanyangi laki-laki lain, rasanya berbeda denganmu. Sayangnya sama, tetapi takarannya yang berbeda. Tidak tahu apa sayangnya. Sayang seperti apa dan bagaimana. Biarkan aku tidak mempermasalahkan hal itu.
Apa yang paling sedih dari bagian semua ini? Ketika kamu datang hanya menanggapku sebagai fwb bukan sahabat. Itu bagian paling sedih, tetapi ini sudah menjadi keputusan kita. Aku tidak bisa berhenti membayangkan dan menangis. Lemah memang.
Maafkan aku, jika menuntut atas semua ini. Seharusnya ini memang harus dibicarakan dari awal. Hanya saja kita terlalu menyepelekan semua ini. Dibicarakan sekarang atau nanti, kita akan berada di fase serumit ini kan? Menentukan sesuatu yang menyakitkan.
Biarkan, aku dan kamu. Beristirahat. Kita perlu ruang untuk menyelesaikan semuanya. Kita perlu beristirahat sejenak, dari permasalahan rumit ini. Kamu berhak untuk berfikir, dan jujur apa yang akan kita ambil kedepannya? Dan aku juga berhak untuk berfikir dan jujur. Semua harus diselesaikan bersama.
Apapun keputusannya, senang, bahagia, menangis, sedih. Kita terima semuanya bersama. Karena kita lebih tahu hati kita masing-masing. Kita lebih tau tentang kita. Maka kita yang harus menyelesaikannya, bersama. Ya bersama.
Maafkan aku memilih untuk berdiam dahulu, karena aku butuh waktu untuk itu. Tidak ada niat untuk menjauh, aku hanya butuh waktu beristirahat dan berfikir. Ku rasa, sekarang saatnya kamu berfikir dan beristirahat sejenak tentang semua ini. Mari kita beri ruang untuk hati dan dan diri kita masing-masing.
Hampir aku memutuskan untuk menyerah dan berkata "I Surrender" Bcs, i knw i cant be stronger.
Maaf aku memilih untuk diam dan tidak berbicara apapun kepadamu. Ini terlalu rumit. Sampai aku tidak bisa menyampaikan, sampai aku tidak bisa membicarakannya.
Aku ingin bertanya dan menginginkan kamu untuk memilih. Tetapi, aku sendiri tidak tahu apa yang harus aku dari ambil keputusan ini. Aku terlalu lemah. Sangat lemah. Ya, memang lemah.
Apa benar? Ada persahabatan serumit ini? Atau ini hanya terjadi pada kita, apa ada orang lain juga yang merasakan? Aku sangat sedih, sangat amat sedih atas ini. Bagaimana bisa persahabatan bisa berubah menjadi Friends With Benefit. Apa itu! Apa kamu tahu ketika kamu menyebutnya bahwa persahabatan ini menjadi FWB, yang kurasakan hanya 1, Perih.
Aku tahu aku salah, ya karena aku juga menginginkannya. Tapi, apa kita akan terus berjalan ditengah kesalahan ini? Kita tahu, kita salah. Lalu, mengapa semua ini masih dilanjutkan? Awalnya, aku berfikir jika mengikuti arus hidup ini dengan mengatakan "Jalanin aja dulu lah, liat ntar gimana." Itu hanya seorang pengecut. Tidak berani bertanggung jawab atas keputusan yang sudah di ambil.
Kenapa aku memilih untuk diam untuk saat ini? Maaf, aku butuh ruang untuk bernafas. Ini terlalu menyesakkan di dalam hati. Apa kamu sadar? Kita sedang menunda waktu untuk berpisah. Jika berpisah sekarang atau nanti, akankah ujungnya akan sama-sama perih?
Kenapa aku bisa berfikir sejauh ini? Aku hanya peduli terhadap kita. Akan kemana kita berlari? Sebelum ini semua terjadi, kita baik-baik saja. Karena kesalahan yang kita buat bersama, bukankah semuanya harus diselesaikan? Aku ataupun kita tidak ingin menjadi seorang yang pengecut, terus mengikuti arus kehidupan yang jelas-jelas ini adalah salah. Ya, salah.
Kita tidak pernah bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Kecuali, dengan jalan lain. Apa kamu sudah menemukan jalan lain? Bisakah kamu menjawabnnya?
Jujur, aku tidak sanggup untuk membicarakan hal ini. Karena, aku sendiri tidak tahu apa jawabannya? Bayangkan, diriku sendiri tidak tahu apa jawabannya. Apalagi, dirimu. Kenapa? Ini menyakitkan.
Jika kita akhiri, aku sungguh tidak akan pernah sanggup untuk membayangkannya. Aku terlalu lemah, terlalu rapuh. Selama 5 tahun bersama. Apakah yang menghancurkan hanya kesalahan ini? Ini sungguh memuakkan.
Aku tahu, mungkin aku tidak begitu penting dihidupmu. Dibanding temanmu yang lain, ataupun "your crush" siapapun dia. Aku mencoba untuk tidak peduli atas itu, walaupun dari dulu sampai sekarang tidak ada yang berubah, aku tetap tidak menyukai hal itu.
Sempat berfikir, mungkin jika aku pergipun, kamu akan baik-baik saja. Walaupun, aku yang sejujurnya tidak sanggup, tapi sejujurnya. Jika itu maumu, aku kan mencoba baik-baik saja dan menerimanya.
Semua permasalahaan ini dan kesalahan ini adalah kita yang membuat. Maka, kita yang harus mengambil keputusan dan menyelesaikan semuanya. Walaupun berat, rumit. Semua harus jelas. Ini untuk kita, yang terbaik.
Katakanlah, jika kamu hanya menginkan aku untuk menjadi Teman. Katakanlah, jika kamu hanya mengingkanku untuk menjadi Sahabat. Katakanlah, jika kamu hanya menginginkan ku menjadi FWB. Katakanlah, jika kamu hanya menginkanku untuk menjadi Musuh. Semua tentang komunikasi, katakanlah, walaupun menyakitkan. Aku berhak tahu atas itu, aku berhak memposisikan diriku seperti apa dimatamu. Mulai detik ini.
Maafkan aku yang telah merusak semua keadaan ini, maaafkan kesalahanku. Aku tidak menyangka, kenapa sekarang rumit ini? Ku fikir, aku bisa terus berjalan disini. Ternyata, aku harus mengambil langkah lain. Ya, lebih tepatnya langkah kita.
Aku ingin bercerita tentang hal ini kepada orang lain, sejujurnya aku berat untuk mengambil keputusan ini. Tapi, tidak bisa. Karena, satu orangpun ku yakin tidak akan ada yang bisa memahami tentang semua ini. Aku memutuskan untuk diam, menangis, dan berfikir. Tanpa sepengetahuanmu, kurasa itu lebih baik. Walaupun aku tahu aku salah, dan itu membuatmu dengki hati. Maaf!
Maaf seribu maaf..
"Lu baper sama gue, lagi?." Sebelum kamu bertanya hal itu, bolehkah aku bertanya juga kepadamu. Akan ku balikan pertanyaan itu kepadamu. Silahkan jawab. Apapun jawabannya, kita punya jawaban masing-masing atas hati ini. Stop, untuk berbohong, berdusta, ataupun menyembunyikkan segalanya, karena hati itu tidak pernah bisa dibohongi.
Jujur, ketika kamu bertanya itu. Aku tidak tahu apa jawabannya, aku tidak bisa menjawab "Ya" Ataupun "Tidak". Aku tidak paham apa yang aku rasakan, soal cemburu terhadap perempuan lain, aku sudah biasa untuk mengatasi rasa sakitnya. Jadi, aku tidak tahu apa yang akan aku jawab. Aku selalu meyakinkan hatiku, untuk memutuskanYa ataupun Tidak. Tetapi tidak bisa. Ketika memikirkan tentang itu, rasanya ingin menangis. Bagaimana bisa? Aku tidak mengerti tentang hatiku sendiri.
Tetapi apapun yang aku rasakan, aku tidak pernah mempermasalahkan. Aku selalu menikmati. Apapun yang terjadi. Suka atau tidak, sayang atau tidak, cinta atau tidak. Itu bukan permasalahannya.
Tapi tentang kita itu apa? Kita siapa? Kita kenapa? Kenapa kita seperti ini? Akan kemana kita melangkah kedepan?
Jangan biarkan diri kita menjadi pengecut. Kita berhak untuk menyelesaikan apa yang sudah kita pilih.
Aku selalu menangis jika mengingat tentang ini, padahal yang ingin kulupakan adalah masalah ini. Aku baru sadar permasalahan itu bukan untuk dilupakan, tapi untuk diselesaikan. Permasalahan itu bukan untuk dijalani, tetapi untuk dicari solusinya. Bagaimana bisa aku melupakannya? Iya aku bisa, bisa gila untuk melupakan semuanya.
Pernah berfikir :
"Kalau kita berhenti bersahabat, akankah ini ujungnya?"
"Lalu jika berenti menjadi FWB, akankah kamu bisa menjamin semuanya kembali seperti dulu?"
"Akan kah terus bersahabat dan didalamnya ada rasa FWB. Ujungnya akan seperti apa?"
Jika terus berjalan di kesalahan ini, akan ada banyak hati yang terluka. Entah orang yang mencintaimu, ketika tahu sahabatnya sedekat itu. Termasuk aku. Atau mungkin kamu. Apakah kamu mau hal itu terjadi?
Kita masih muda memang, kita bisa seperti ini. Terus seperti ini, ketika kita datang diumur yang lebih dewasa. Akankah lebih rumit? Bersahabat lawan jenisnya sudah rumit, bayangkan jika dicampuri dengan FWB? Akankah lebih rumit?
Rasanya aku ingin terus remaja, agar aku bisa terus seperti ini denganmu. Tapi sayang, tumbuh menjadi dewasa itu sebuah keharusan. Mau tidak mau, kita akan sampai pada masa tumbuh dewasa.
Tapi, sampai detik ini. Jujur, dari banyak ribuan laki-laki. Dan banyak tolakan yang terjadi, itu semua kulakukan hanya untukmu. Ya, karena aku ingin terus berteman denganmu, sebagai apapun kita. Aku ingin kita bersama, tanpa melukai siapapun. Maka dari itu, semua laki-laki sama dimataku. Kecuali, dirimu.
Walaupun aku tidak bisa egois, karena kamu punya hak untuk mencari banyak wanita. Aku tidak mempermasalahkan atas itu. Karena aku sendiri, merasakannya. Mencari banyak laki-laki. Lain, denganku yang mencari laki-laki tapi tidak ada yang ku masukan dalam hati. Tapi, entah denganmu yang mencari wanita lain masuk kedalam hatimu atau tidak.
Bahkan jika aku menyanyangi laki-laki lain, rasanya berbeda denganmu. Sayangnya sama, tetapi takarannya yang berbeda. Tidak tahu apa sayangnya. Sayang seperti apa dan bagaimana. Biarkan aku tidak mempermasalahkan hal itu.
Apa yang paling sedih dari bagian semua ini? Ketika kamu datang hanya menanggapku sebagai fwb bukan sahabat. Itu bagian paling sedih, tetapi ini sudah menjadi keputusan kita. Aku tidak bisa berhenti membayangkan dan menangis. Lemah memang.
Maafkan aku, jika menuntut atas semua ini. Seharusnya ini memang harus dibicarakan dari awal. Hanya saja kita terlalu menyepelekan semua ini. Dibicarakan sekarang atau nanti, kita akan berada di fase serumit ini kan? Menentukan sesuatu yang menyakitkan.
Biarkan, aku dan kamu. Beristirahat. Kita perlu ruang untuk menyelesaikan semuanya. Kita perlu beristirahat sejenak, dari permasalahan rumit ini. Kamu berhak untuk berfikir, dan jujur apa yang akan kita ambil kedepannya? Dan aku juga berhak untuk berfikir dan jujur. Semua harus diselesaikan bersama.
Apapun keputusannya, senang, bahagia, menangis, sedih. Kita terima semuanya bersama. Karena kita lebih tahu hati kita masing-masing. Kita lebih tau tentang kita. Maka kita yang harus menyelesaikannya, bersama. Ya bersama.
Maafkan aku memilih untuk berdiam dahulu, karena aku butuh waktu untuk itu. Tidak ada niat untuk menjauh, aku hanya butuh waktu beristirahat dan berfikir. Ku rasa, sekarang saatnya kamu berfikir dan beristirahat sejenak tentang semua ini. Mari kita beri ruang untuk hati dan dan diri kita masing-masing.
Hampir aku memutuskan untuk menyerah dan berkata "I Surrender" Bcs, i knw i cant be stronger.
Kelak, kau akan mengerti bahwa diam dan menangis adalah jawaban sementara dari patah hati yang sangat hebat..
Comments
Post a Comment